![]() |
Batang tembakau yang sudah dicabut |
Sebagian petani ada yang memilih membersihkan batang tembakau dengan cara mencabut batang beserta akarnya. Sebagian lagi ada yang memilih membabat batang tembakau dengaan sabit karena dianggap lebih cepat dan hemat tenaga.
Hartiyo, salah seorang petani asal Desa Sulang, Kecaamatan Sulang, lebih memilih membabat batang tembakau di lahan pertanianya dengan sabit dengan alasan lebih cepat dan hemat ongkos tenaga kerja. Ia mengaku tidak khawatir sisa batang tembakau yang tertinggal (tunggak-red) yang tajam dapat melukainya sewaktu mengolah lahan kembali saat musim hujan nanti.
"Kalau dibabat cepat selesai, jadi bisa ngirit tenaga. Nanti tunggaknya juga akan lapuk sendiri jadi tidak berbahaya saat kembali mengolah tanah," terangnya, Kamis (16/10).
Hal berbeda dilakukaan Idris, petani asal Desa Glebeg, Kecamataan Sulang. Ia lebih memilih membersihkan lahan sawahnya dari batang tembakau dengan cara mencabut batang beserta akarnya. Hal itu dilakukan agar saat bercocok tanm padi utamanya membajak sawah tidak ada hambatan dan tunggaknya tidak membahayakan.
"Kalau dicabut lebih aman. kalu tidak dicabut nanti agak repot saat membajak dengan bajak sapi. Hanya saja ini memerlukan waktu lebih lama," ungkapnya.
Bagi petani di Kabupaten Rembang, rotasi tanaman sudah menjadi hal yang biasa. Setelah panen tembaku, mereka menunggu giliran menanam padi di musim hujan mendatang.
Sambil menunggu hujan, para petani umumnya sibuk membersihkan sawahnya dari serasah-serasah tembakau. Batang-batang kering selanjutnya disingkirkan. Ada yang dibiarkan begitu saja, namun tak sedikit yang membawanya pulang.
pasalnya, batang kering itu bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar memasak di rumah. Tak heran kalau petani memunguti batang tembakau kering itu dari lahannya dan mengusungnya pulang untuk digunakan sebagai kayu bakar. Lumayan menghemat dibandingkan menggunakan gas yang harganya makin mahal.(Rom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar